04 August 2007

Patung-patung di Jakarta

Patung selain memiliki nilai estetika, juga mengandung simbol-simbol yang terpancarkannya. Patung dibuat tidak melulu lahir karena imajinasi atau ide seniman yang dituangkan secara visual. Tetapi dibalik itu, banyak mencerminkan keadaan suatu waktu atau sebagai simbol yang memiliki makna tersendiri. Ini tercermin pada patung-patung yang dibuat pada masa era pemerintahan Ir. Soekarno, yang sampai kini banyak menghiasi Jakarta.

Namun sayangnya, tidak banyak warga Jakarta mengetahui atau setidaknya mengenal nama patung tersebut. Mereka lebih mengenal karena lokasi dimana patung tersebut berada ketimbang nama aslinya. Seperti Patung Pancoran misalnya. Orang lebih banyak mengenal patung tersebut karena lokasinya tepat di perempatan Pancoran. Jarang bahkan bisa dibilang hampir tidak ada warga Jakarta mengenal sejarah dan nama asli patung tersebut.

Ma’min misalnya. Warga Buncit ini mengaku tidak tahu nama patung yang sempat mengalami keretakan akibat gempa beberapa tahun lalu itu. “Patung itu sudah ada sejak saya kecil. Disebut Patung Pancoran, ya mungkin karena adanya di Pancoran. Hehehe…” katanya tersenyum.

Miris memang, namun memang demikian adanya. Kini, Patung Pancoran dan patung-patung lainnya yang ada di Jakarta hanya dilihat sebagai penghias kota saja. Sementara sejarah dan makna yang terkandung dalamnya nyaris tak berbekas.


Monumen Dirgantara
Monumen atau Patung Dirgantara banyak dikenal dengan sebutan Patung Pancoran. Patung ini cukup tinggi sehingga dapat terlihat dari semua arah. Patung yang berbahan dasar perunggu dengan tinggi 11 meter, berat patung 11 ton, tinggi kaki patung (vootstuk) 27 meter ini memiliki filosopi. Yaitu sebagai lambang keberanian, kesatriaan dan kedirgantaraan yang didasarkan pada kejujuran, keberanian dan semangat mengabdi.

Latar belakang pembuatan monumen ini berawal dari keinginan Bung Karno diakhiri pemerintahannya. Beliau menghendaki dibuatnya patung digantara yang melambangkan manusia angkasa, gagah berani untuk menjelajah angkasa. Uniknya, biaya pembuatan patung dipikulnya sendiri dengan cara menjual mobil pribadi.

Sayang keinginan untuk segera melihat hasil karya itu agak terganggu dengan meletusnya G30S/PKI. Bahkan patung itu disebut-sebut sebagai alat pencungkil mata dari orang-orang PKI. Sesuatu yang disangkal Bung Karno dengan segera meresmikan patung tersebut sebagai jawabannya, dua tahun setelah awal pembangunannya di tahun 1964-1965.


Patung Pahlawan
Orang banyak menyebutnya Patung Pak Tani. Pasalnya, sang pria digambarkan sebagai tipe seorang petani menyandang bedil, sedangkan wanitanya berupa tipe seorang ibu yang sedang memberikan bekal (nasi) kepada sang pria. Padahal nama sebenarnya yang diberikan kepada monumen tersebut adalah Patung Pahlawan.

Patung yang terletak di Taman Segitiga Menteng, Jakarta Pusat, ini dibuat oleh pematung kenamaan Rusia bernama Matvei Manizer dan Otto Manizer. Merupakan hadiah yang diberikan kepada pemerintah Republik Indonesia.

Patung ini memiliki filosopi mengenai perjuangan bangsa Indonesia. Ide membuatnya didapatkan dari dogeng atau cerita mengenai seorang ibu yang mengantarkan anak laki-lakinya berangkat menuju ke medan perang. Untuk mendorong keberanian sang anak serta nekad memenangkan perjuangan dan sekaligus agar selalu ingat kepada orangtua dan tanah airnya, maka sang ibu memberikan bekal (berupa nasi) kepada anak laki-lakinya.

Patung Pembebasan Irian Barat
Karena lokasinya berada di kawasan Lapangan Banteng, maka lebih dikenal dengan nama Patung Lapangan Banteng. Patung ini diresmikan pada 1963 bertujuan untuk memperingati pembebasan Irian Barat atau kini dikenal sebagai Provinsi Papua. Sayangnya, kondisi patung dan lingkungan sekitarnya seperti tidak terawat.

No comments: