15 August 2007

Seni membentuk boneka ratusan tahun


Nama Boneka Washi memang terasa asing bagi sebagian pehobi di Indonesia. Hobi melipat, menggunting, melekat dan membentuk boneka ini bisa dibilang baru berkembang beberapa tahun ke belakang.

Di negara asalnya Jepang, boneka washi memang tak perlu ditanya lagi. Di sana, boneka washi merupakan salah satu seni kerajinan tangan tradisional turun temurun sejak tiga abad lampau. Maklum saja, kalau ditelaah, bangsa Jepang sudah mengenal seni membentuk dan melipat kertas sejak ratusan tahun lalu. Biasanya selain sebagai pelengkap suatu acara ritual keagamaan, boneka washi juga digunakan sebagai hiasan pajang di kamar tidur maupun ruang tamu.

Di Indonesia sendiri, meski masih terdengar asing, hobi ini sudah mendapat tempat. Terutama bagi mereka yang gemar berkreasi dengan kertas. Seperti yang terlihat di Universitas Bina Nusantara misalnya. Melalui salah satu unit kegiatan mahasiswanya, Nippon Club.

Penggemar dan pembuat boneka washi ternyata tidak hanya bisa ditemui di kalangan mahasiswa saja, tetapi juga ibu rumah tangga. Reni Bhaskara adalah salah satunya. Menurut ibu dua anak ini, hobi yang telah ditekuni sejak dua tahun lalu ini berawal dari ketertarikannya saat melihat boneka washi. “Bentuknya unik dan lucu,” tuturnya.

Bermula dari keunikan yang dilihatnya inilah akhirnya ia mulai kepincut untuk belajar membuat boneka washi. Melalui sebuah kursus, akhirnya Reni –sapaan akrab wanita ini- pun banyak belajar bagaimana membuat boneka washi yang diidamkannya itu.

Kini dari kursus yang didapatnya tersebut dan kelincahan tangannya sendiri, Reni telah mampu membuat dan mengoleksi banyak boneka washi, yang sebagian disimpan dalam lemari khusus di rumahnya yang teduh di kawasan Cibinong, Bogor. Sementara sebagian lagi menghias outletnya yang ada di Bali.

Bahkan lebih jauh ia mengungkapkan kalau boneka washi sudah mengalir di jiwanya. “Saya seperti tidak bisa lepas dari hobi ini. Setiap ada waktu luang, selalu saya manfaatkan membuatnya,” tutur wanita jebolan Universitas Brawijaya ini tersenyum.


No comments: